Bukan jumat ini, tapi jumat, mmm tanggal dan bulannya aku lupa, tahun 2003. Well, sebenarnya kejadian hari jumat itu memang sebuah tragedi, bagaimana tidak, aku hampir saja melompat dari lantai 2 gedung FT UNM.
Hari itu lumayan, cukup, agak (gimana sih bahasanya) naas bagiku. Hari itu UKM Penalaran lagi ngadain acara perekrutan anggota baru, kita pake aula FT di lantai 1. Kampus sepi banget karena pada saat itu liburan semester.
Now lets talk about the chronology. Sekitar jam 2 siang aku naik ke mushola di lantai 2. sekilas aku sempat melihat 2 orang (kayanya sih petugas TU) sedang bergegas menuju tangga untuk turun. Hari itu adalah pertama kalinya aku sholat di gedung FT, biasanya sih di mesjid kampus ato numpang di UKM Keputrian. Tapi karena hari itu agak sibuk ngurus kepanitiaan, sampe hampir lupa sholat, so aku nyari mushola terdekat, ya di lantai 2 itu.
Setelah slesai sholat, aku segera menuju tangga dan jreeeeeng. Aku melihat pintu besi di depan tangga tergembok. Oh my Godness, am i dreaming, padahal 5 menit lalu aku lewat sini. Ini kan baru jam berapa, kok sudah di gembok sih? Aku berusaha untuk tidak panik. Mungkin pintu yang di ujung sana belum di gembok. Segera aku menaiki tangga lagi, dan menuju kearah tangga satunya sambil berdoa dalam hati.
Jreeeng (lagi) ternyata pintu yang ini juga sudah di gembok. Ya Allah, apa dosaku hari ini ya? Apa karena aku telat sholat dzuhur? Trus Allah ngambek dan ngasih aku "pelajaran" ini. Well Khusnuzon Billah ajalah, pikirku. Aku naik lagi ke lantai 2, mencoba mencari orang yang mungkin senasib dengan diriku. Ternyata ga ada, cuma aku sendirian di situ.
Aku mulai stress, panik, pada saat itulah timbul ide gila untuk melompat saja. Aku kembali ke mushola, melihat celah untuk sekiranya bisa melompat dengan aman dan tanpa cedera. Mushola letaknya agak rendah dari tanah karena berada tepat diatas koridor yang menghubungkan gedung FT dan gedung Jurusan Teknik Sipil. Aku mencoba menjulurkan kaki ku dari tepi atas koridor, jaraknya dari tanah cuma sekitar 2,5 meter. Tapi niatku ku urungkan ketika melihat got disisi lantai koridor. Kalo jatuh terus lecet dikit sih ga papa, tapi kalo di tambah masuk got? Mmmmm kayanya mendingan ga usah deh....
Kulangkahkan kembali kakiku menuruni tangga, lalu duduk di anak tangga paling bawah sambil berfikir, mumbling, how can i get out from this damn building?. Sekitar 10 menit berlalu, tak ada seorang pun lewat depan gedung. Ni orang pada kemana ya? Pikirku. Lalu aku berdiri merapatkan badanku pada pintu besi, dan melihat kearah luar, berharap ada seseorang yang dapat kulihat lalu kupanggil. Sebenernya bisa saja aku berteriak “Toloooooong” tapi kok kayanya malu banget ya. Lagian ntar kalo banyak yang liat pasti ntar di ketawain deh.
Alhamdulillah dari kejauhan kulihat Kak Bahrul (mantan Ketua Umum UKM Penalaran, mahasiswa teknik mesin 98) sedang menuju aula. Segera kuteriakkan namanya.
(note: maaf bagi yang tidak mengerti logat makassar, bukannya mo sukuisme, tapi saya cuma ingin menceritakan secara apa adanya)
Bahrul : Kenapa ki’?
Aku : Terkunci ka’ kodong.
Bahrul : Knapa bisa?
Aku : Ia, dari ka’ sholat diatas, waktuku turun to, tergembok mi ini semua pintu.
Bahrul : *senyum-senyum* Tunggu maki pade, ku kenal ji itu tukang kunci. Ku cari dulu na?
Aku : Jangki lama!
10 menit kemudian
Bahrul : Pulang mi itu bapak, keliling ma cari, motornya tidak ada tonji. Maka jauhnya lagi itu rumanya, perna ka kesana.
Aku : *lemes* jadi bagimana mi? Besarnya lagi gemboknya, pasti setenga mati bongkar ki ini gembok.
Bahrul : Ooo, ada tangga di gedung UKM, na tau ji itu Taufik tempatnya. Tunggu ki na!
Dan kak bahrul pun berlalu. Apa tadi dia bilang? Taufik (geografi 99). Oh Nooooooooooo, wait until he sees me in this situation, he will laugh to death. Heran sama si satu itu, hobinya suka ketawa, trus kalo ga ada yang bisa dia ketawain, dia bakalan ngerjain orang didekatnya biar jadi bahan tertawaan.
Berikutnya kak Bahrul datang bersama Taufik.
Taufik : Hahahaha.......Ade kecil (panggilan ”sayang” nya untuk aku) kenapa bisa?
Aku : Jammiki tanya deh, mana mi tangga ta?
Taufik : Ada ji di belakang, tapi menangis ki dulu!
Aku : Ndede...mati lalo ka
Taufik : Hahhahahaha...jammiki mara begitu, eh hari jumat ini to, senin pi baru dibuka ini pintu. Kutemani ki disini na, sekalian malam mingguan. Hehehehe...
Aku : *pasang muka marah, sebel, sedih, malu*
Taufik : Io pade, pergi ma ambil itu tangga, Bahrul! sama ki!
Aku : Ku tunggu ki atas, kita taro mi itu tangga depan musholla, karna di situ mi yang paling dekat dari tanah.
Sekitar 5 menit kemudian mereka datang dengan membawa tangga kayu. Sebenernya aku senang karena akhirnya bisa keluar tanpa lompat dari lantai 2 dan tanpa merusak apapun. Tapi di sisi lain, gelakan tawa si aneh satu itu yang bikin aku sakit hati+malu.
Untungnya ga ada orang lewat sama sekali, aku jadi nyantai waktu turun lewat tangga kayu. Cuma ya itu, si taufik ga berhenti ngetawain aku.
Kalo ingat kejadian itu, suka senyum-senyum sendiri, trus jadi kangen sama teman-teman seperjuangan dulu. Btw besok jam 12 siang aku ke mks, manfaatin promonya Garuda, lumayan murah, cuma 365 rb, jaman kuliah dulu, rute bpp-mks 700an, merpati pula.
Well, its been three years since my last time in mks. I miss my sisters, my brothers, and my friends there. I miss Losari, sejak pedagangnya dipindah ke daerah tanjung, aku suka duduk2 sndiri disana kalo sore sepulang dari kampus, mandangin sunset, trus balik ke kos. I miss Bantimurung, tempat wisata favorit kedua setelah tanjung bayam (karena mudah di jangkau dan murah meriah). I miss pisang ijo (menu andalan buka puasa, hhehehe). I miss everything in there lah pokoknya. Insya Allah, in 24 hours i’ll be there. Mks, Im coming!
Read More..