“Ke mushola yuk, sholat, dah masuk waktu maghrib neh”
“Sholat ndiri aja ya, aku ga bisa sholat, aku lagi pake celana pendek, lupa tadi”
“Huh, dosa lo ninggalin sholat” gerutuku dalam hati, sambil berlalu meninggalkannya sendiri di foodcourt itu.
Mushola di pusat perbelanjaan itu memang hanya menyediakan mukenah bagi para wanita, tapi alangkah baiknya jika ada sarung yang tersedia untuk digunakan bagi pelanggan pria yang saat itu tak bercelana panjang, seperti dia. Hingga tak ada lagi alasan untuk meninggalkan sholat.
Aku memang terkadang suka gemes sendiri bila memiliki sahabat muslim yang tak rutin melakukan ibadah sholat. Terkadang aku suka menakut-nakuti mereka dengan berkata “Ih..orang yang rutin sholat aja belum tentu masuk surga, apalagi yang ga rutin sholat?”
Hehe...sebenarnya ada banyak nasihat yang lebih baik dan lebih manusiawi ketimbang kalimat diatas tadi. Tapi hanya itu kalimat favorite yang sering aku ucapkan, dan biasanya manjur, at least pada saat itu.
“Dapat salam tuh” ucapku kepadanya, setibaku dari mushola.
“Dari mana” tanyanya penasaran.
“Tadi waktu sholat, aku ditegur sama malaikat Izroil, katanya titip salam buat kamu, hii...ati-ati lo kalo pulang nanti”
Dia hanya tersenyum. Sepertinya ucapanku barusan ga ngefek apa-apa untuk dia. Kayanya mesti nyari trik baru neh.
-------
Besok siang ketemu di tempat biasa ya.
Ad yg pengen aku tanyain neh,
sekalian ngobrol...
Pesan singkat itu aku terima dari dia dua malam lalu, aku lalu meng-ia kan, kebetulan waktu itu lagi lowong. Keesokan harinya, sambil mengendarai motor, menuju tempat biasa sesuai dengan waktu yang ditentukan, aku tiba-tiba teringat pengalaman lalu ketika ia mengenakan celana pendek selutut yang membuatnya meninggalkan sholat maghrib. Segera kuputuskan untuk mampir di sebuah pasar.
“Ada sarung bu?”
“Ada mbak, mo merk apa?”
“Cap Gadjah Djongkok ada?”
“Ada, kebetulan ada motif baru ni mbak, baru datang kemarin”
“Kalo yang motif Harley Davidson ada ga bu?”
“Motif apa mbak?”
“Hehe, ga kok bu, salah ngomong, saya mau yang warna biru”
Aku lalu menawar separuh harga, alhamdulillah berhasil, tak percuma ilmu tawar menawar yang kupelajari hingga bangku S3 (wih..emang ada?) Aku lalu meluncur ke tempat perkara, ups, tempat biasa maksudnya.
Dua jam, empat puluh tiga menit, sekian detik. Buku Modern Business Correspondence dah hampir separuh kubaca. Gila, ini sih bukan telat namanya tapi ga bakal datang. Aku lalu mengiriminya pesan singkat.
Ga jd ya?
Sorry ga kbrin, aku jemput om ku,
dtg dr jkt td siang
Mendadak.
*gubrak*
Kalo aku ga kirim sms, mungkin aku bakalan nunggu dia sampe foodcourt ini tutup. Dodol, sambel, cicak, ulet bulu!
Kali ini kesabaranku diuji lagi, well, positive thingking aja lah, mungkin dia emang sibuk banget sampe lupa ngabarin. Aku kemudian menatap bungkusan kresek hitam yang berada di atas meja. Bungkusan yang berisi sarung biru yang sedianya akan dia kenakan untuk sholat di mushola kalau-kalau dia mengenakan celana pendek lagi.
Nasib kita hari ini kurang beruntung hai sarung Cap-Gadjah-Djongkok-berwarna-biru. Aku lalu tanpa sadar memikirkan kelangsungan hidup sarung ini. Apa kah sarung ini lantas kuberikan kepada bapakku? Bapakku pasti berkata “Hari ini kan bapak ga ultah? Lagian sarung bapak sudah banyak, lain kali kalo mau kasih hadiah, mendingan Honda Jazz ato Kia Picanto ya...” hehe, like father like daughter…Ups, ampun kan anakmu yang imut ini bapak....
Pagi ini aku datang ke kantor lebih awal, kulihat dia belum datang, mejanya masih kosong. Segera kuletakkan bungkusan kresek hitam diatas mejanya, tapi tunggu dulu, dia mungkin akan keheranan ketika mendapatkan bungkusan tak bertuan itu, tergeletak dengan pasrahnya diatas mejanya, yang ada mungkin dia lalu memberikannya kepada OB di kantor. Kuambil selembar post-it berwarna kuning dari mejaku. Kutempelkan keatas bungkusan itu dan kutuliskan:
Kali ini ga ada lagi alasan untuk ga sholat.
Dari seseorang yang kemarin menunggumu sampe berubah bentuk jadi Luna Maya.
Balikpapan, 09 march 2008
Ps. This story is too stupid to be truth
Tetapi jika ternyata terdapat kesamaan nama, tempat dan kejadian, maka silahkan anda menghubungi pemilik blog ini untuk mendapatkan kompensasi berupa foto sang penulis cerita, ukuran post card, lengkap dengan tanda tangan, alamat dan no hp. Hehe teteup…
“Sholat ndiri aja ya, aku ga bisa sholat, aku lagi pake celana pendek, lupa tadi”
“Huh, dosa lo ninggalin sholat” gerutuku dalam hati, sambil berlalu meninggalkannya sendiri di foodcourt itu.
Mushola di pusat perbelanjaan itu memang hanya menyediakan mukenah bagi para wanita, tapi alangkah baiknya jika ada sarung yang tersedia untuk digunakan bagi pelanggan pria yang saat itu tak bercelana panjang, seperti dia. Hingga tak ada lagi alasan untuk meninggalkan sholat.
Aku memang terkadang suka gemes sendiri bila memiliki sahabat muslim yang tak rutin melakukan ibadah sholat. Terkadang aku suka menakut-nakuti mereka dengan berkata “Ih..orang yang rutin sholat aja belum tentu masuk surga, apalagi yang ga rutin sholat?”
Hehe...sebenarnya ada banyak nasihat yang lebih baik dan lebih manusiawi ketimbang kalimat diatas tadi. Tapi hanya itu kalimat favorite yang sering aku ucapkan, dan biasanya manjur, at least pada saat itu.
“Dapat salam tuh” ucapku kepadanya, setibaku dari mushola.
“Dari mana” tanyanya penasaran.
“Tadi waktu sholat, aku ditegur sama malaikat Izroil, katanya titip salam buat kamu, hii...ati-ati lo kalo pulang nanti”
Dia hanya tersenyum. Sepertinya ucapanku barusan ga ngefek apa-apa untuk dia. Kayanya mesti nyari trik baru neh.
-------
Besok siang ketemu di tempat biasa ya.
Ad yg pengen aku tanyain neh,
sekalian ngobrol...
Pesan singkat itu aku terima dari dia dua malam lalu, aku lalu meng-ia kan, kebetulan waktu itu lagi lowong. Keesokan harinya, sambil mengendarai motor, menuju tempat biasa sesuai dengan waktu yang ditentukan, aku tiba-tiba teringat pengalaman lalu ketika ia mengenakan celana pendek selutut yang membuatnya meninggalkan sholat maghrib. Segera kuputuskan untuk mampir di sebuah pasar.
“Ada sarung bu?”
“Ada mbak, mo merk apa?”
“Cap Gadjah Djongkok ada?”
“Ada, kebetulan ada motif baru ni mbak, baru datang kemarin”
“Kalo yang motif Harley Davidson ada ga bu?”
“Motif apa mbak?”
“Hehe, ga kok bu, salah ngomong, saya mau yang warna biru”
Aku lalu menawar separuh harga, alhamdulillah berhasil, tak percuma ilmu tawar menawar yang kupelajari hingga bangku S3 (wih..emang ada?) Aku lalu meluncur ke tempat perkara, ups, tempat biasa maksudnya.
Dua jam, empat puluh tiga menit, sekian detik. Buku Modern Business Correspondence dah hampir separuh kubaca. Gila, ini sih bukan telat namanya tapi ga bakal datang. Aku lalu mengiriminya pesan singkat.
Ga jd ya?
Sorry ga kbrin, aku jemput om ku,
dtg dr jkt td siang
Mendadak.
*gubrak*
Kalo aku ga kirim sms, mungkin aku bakalan nunggu dia sampe foodcourt ini tutup. Dodol, sambel, cicak, ulet bulu!
Kali ini kesabaranku diuji lagi, well, positive thingking aja lah, mungkin dia emang sibuk banget sampe lupa ngabarin. Aku kemudian menatap bungkusan kresek hitam yang berada di atas meja. Bungkusan yang berisi sarung biru yang sedianya akan dia kenakan untuk sholat di mushola kalau-kalau dia mengenakan celana pendek lagi.
Nasib kita hari ini kurang beruntung hai sarung Cap-Gadjah-Djongkok-berwarna-biru. Aku lalu tanpa sadar memikirkan kelangsungan hidup sarung ini. Apa kah sarung ini lantas kuberikan kepada bapakku? Bapakku pasti berkata “Hari ini kan bapak ga ultah? Lagian sarung bapak sudah banyak, lain kali kalo mau kasih hadiah, mendingan Honda Jazz ato Kia Picanto ya...” hehe, like father like daughter…Ups, ampun kan anakmu yang imut ini bapak....
Pagi ini aku datang ke kantor lebih awal, kulihat dia belum datang, mejanya masih kosong. Segera kuletakkan bungkusan kresek hitam diatas mejanya, tapi tunggu dulu, dia mungkin akan keheranan ketika mendapatkan bungkusan tak bertuan itu, tergeletak dengan pasrahnya diatas mejanya, yang ada mungkin dia lalu memberikannya kepada OB di kantor. Kuambil selembar post-it berwarna kuning dari mejaku. Kutempelkan keatas bungkusan itu dan kutuliskan:
Kali ini ga ada lagi alasan untuk ga sholat.
Dari seseorang yang kemarin menunggumu sampe berubah bentuk jadi Luna Maya.
Balikpapan, 09 march 2008
Ps. This story is too stupid to be truth
Tetapi jika ternyata terdapat kesamaan nama, tempat dan kejadian, maka silahkan anda menghubungi pemilik blog ini untuk mendapatkan kompensasi berupa foto sang penulis cerita, ukuran post card, lengkap dengan tanda tangan, alamat dan no hp. Hehe teteup…
No comments:
Post a Comment