Showing posts with label Nyampah. Show all posts
Showing posts with label Nyampah. Show all posts

Wednesday, May 21, 2008

All I Am

There was live music in Pasifica Food Court when I had dinner with my friend two days ago. We were in a big laugh until the singer started to sing it. Somehow, that damn-beautiful lyric dragged me to a blue-sentimentally mood. Well…I should admit it. I relate to this song.

All I Am

Who do you think you see

When you look at me

Is it somebody strong

Somebody you could admire

And who do you think I am

When I take your hand

Are you counting on me

To fill your dreams and your desires


(Chorus)

Well all I am

Is lonely (just) like you

All I wanna do

Is have one dream come true

All I am is handing you my heart

And hoping to be part of you


Who do you think you are

Standing in the dark

Are you waiting for me

Why can't I reach you from here

And how do I get to you

Won't you let me through

Don't you think maybe we

Have something special to be shared


(Chorus)

Read More..

Sunday, March 09, 2008

Sarung Tjap Gadjah Djongkok


“Ke mushola yuk, sholat, dah masuk waktu maghrib neh”
“Sholat ndiri aja ya, aku ga bisa sholat, aku lagi pake celana pendek, lupa tadi”
“Huh, dosa lo ninggalin sholat” gerutuku dalam hati, sambil berlalu meninggalkannya sendiri di foodcourt itu.

Mushola di pusat perbelanjaan itu memang hanya menyediakan mukenah bagi para wanita, tapi alangkah baiknya jika ada sarung yang tersedia untuk digunakan bagi pelanggan pria yang saat itu tak bercelana panjang, seperti dia. Hingga tak ada lagi alasan untuk meninggalkan sholat.

Aku memang terkadang suka gemes sendiri bila memiliki sahabat muslim yang tak rutin melakukan ibadah sholat. Terkadang aku suka menakut-nakuti mereka dengan berkata “Ih..orang yang rutin sholat aja belum tentu masuk surga, apalagi yang ga rutin sholat?”
Hehe...sebenarnya ada banyak nasihat yang lebih baik dan lebih manusiawi ketimbang kalimat diatas tadi. Tapi hanya itu kalimat favorite yang sering aku ucapkan, dan biasanya manjur, at least pada saat itu.

“Dapat salam tuh” ucapku kepadanya, setibaku dari mushola.
“Dari mana” tanyanya penasaran.
“Tadi waktu sholat, aku ditegur sama malaikat Izroil, katanya titip salam buat kamu, hii...ati-ati lo kalo pulang nanti”

Dia hanya tersenyum. Sepertinya ucapanku barusan ga ngefek apa-apa untuk dia. Kayanya mesti nyari trik baru neh.

-------

Besok siang ketemu di tempat biasa ya.
Ad yg pengen aku tanyain neh,
sekalian ngobrol...


Pesan singkat itu aku terima dari dia dua malam lalu, aku lalu meng-ia kan, kebetulan waktu itu lagi lowong. Keesokan harinya, sambil mengendarai motor, menuju tempat biasa sesuai dengan waktu yang ditentukan, aku tiba-tiba teringat pengalaman lalu ketika ia mengenakan celana pendek selutut yang membuatnya meninggalkan sholat maghrib. Segera kuputuskan untuk mampir di sebuah pasar.

“Ada sarung bu?”
“Ada mbak, mo merk apa?”
“Cap Gadjah Djongkok ada?”
“Ada, kebetulan ada motif baru ni mbak, baru datang kemarin”
“Kalo yang motif Harley Davidson ada ga bu?”
“Motif apa mbak?”
“Hehe, ga kok bu, salah ngomong, saya mau yang warna biru”

Aku lalu menawar separuh harga, alhamdulillah berhasil, tak percuma ilmu tawar menawar yang kupelajari hingga bangku S3 (wih..emang ada?) Aku lalu meluncur ke tempat perkara, ups, tempat biasa maksudnya.

Dua jam, empat puluh tiga menit, sekian detik. Buku Modern Business Correspondence dah hampir separuh kubaca. Gila, ini sih bukan telat namanya tapi ga bakal datang. Aku lalu mengiriminya pesan singkat.

Ga jd ya?

Sorry ga kbrin, aku jemput om ku,
dtg dr jkt td siang

Mendadak.

*gubrak*

Kalo aku ga kirim sms, mungkin aku bakalan nunggu dia sampe foodcourt ini tutup. Dodol, sambel, cicak, ulet bulu!

Kali ini kesabaranku diuji lagi, well, positive thingking aja lah, mungkin dia emang sibuk banget sampe lupa ngabarin. Aku kemudian menatap bungkusan kresek hitam yang berada di atas meja. Bungkusan yang berisi sarung biru yang sedianya akan dia kenakan untuk sholat di mushola kalau-kalau dia mengenakan celana pendek lagi.

Nasib kita hari ini kurang beruntung hai sarung Cap-Gadjah-Djongkok-berwarna-biru. Aku lalu tanpa sadar memikirkan kelangsungan hidup sarung ini. Apa kah sarung ini lantas kuberikan kepada bapakku? Bapakku pasti berkata “Hari ini kan bapak ga ultah? Lagian sarung bapak sudah banyak, lain kali kalo mau kasih hadiah, mendingan Honda Jazz ato Kia Picanto ya...” hehe, like father like daughter…Ups, ampun kan anakmu yang imut ini bapak....

Pagi ini aku datang ke kantor lebih awal, kulihat dia belum datang, mejanya masih kosong. Segera kuletakkan bungkusan kresek hitam diatas mejanya, tapi tunggu dulu, dia mungkin akan keheranan ketika mendapatkan bungkusan tak bertuan itu, tergeletak dengan pasrahnya diatas mejanya, yang ada mungkin dia lalu memberikannya kepada OB di kantor. Kuambil selembar post-it berwarna kuning dari mejaku. Kutempelkan keatas bungkusan itu dan kutuliskan:

Kali ini ga ada lagi alasan untuk ga sholat.
Dari seseorang yang kemarin menunggumu sampe berubah bentuk jadi Luna Maya.


Balikpapan, 09 march 2008

Ps. This story is too stupid to be truth
Tetapi jika ternyata terdapat kesamaan nama, tempat dan kejadian, maka silahkan anda menghubungi pemilik blog ini untuk mendapatkan kompensasi berupa foto sang penulis cerita, ukuran post card, lengkap dengan tanda tangan, alamat dan no hp. Hehe teteup…

Read More..

Friday, January 11, 2008

Sengsara Membawa Nikmat (Bukan Sinetron)

Kemarin siang aku dan rekan kerja sekantor berencana mengunjungi Pak Is yang baru saja tiba dari menunaikan ibadah Haji. Bagi yang belum kenal pak is, bisa dibaca di sini.

Sekitar jam 10.30 pagi aku berangkat menjemput Mbak Aniek, seorang rekan, di Gn.Guntur dengan mengendarai motor. Dan dari sinilah cerita ini bermula.

Sengsara #1 Motor Mogok

Lingkungan tempat Mbak Anek tinggal berbukit-bukit. Lebaran lalu adalah kali pertama aku mengunjunginya.
Ketika melalui sebuah tanjakan yang lumayan tinggi (sekitar 40 derajat) motorku mendadak mogok di tengah tanjakan, sempat panik juga, karena tempat itu sangat SEPI. Setelah 2 menit stuck diatas motor (untung rem depan masih ‘makan’), tak bisa maju karena mesin mati ataupun mundur karena takut tergelincir, datanglah sebuah pertolongan dari seorang bapak tua yang tinggal dekat dari situ, membawakan sebilah kayu untuk mengganjal ban belakang motor. Motorku akhirnya bisa dinyalakan setelah beberapa kali di starter. Fiuh..Makasih ya pak...

Sengsara #2 Nyasar

Yups...aku nyasar...hehehe...ternyata aku melalui tanjakan yang salah...

Sengsara #3 Nyumplek di Pickup

Setelah bertemu Mbak Aniek, aku lalu menceritakan tentang sengsara #1. Ia lalu memutuskan untuk ke rumah Pak Is tidak dengan mengendarai motorku. Alasannya adalah karena Rumah Pak Is berada di KM. 8 yang merupakan areal perbukitan yang tingginya malah lebih nyeremin dibanding rumah Mbak Aniek. Takut mogok lagi euy...

Kami lalu menghubungi Mbak Vero, rekan kami yang lain, yang sedang on the way menuju rumah Pak Is bareng suami dan anaknya dengan menggunakan mobil pick up. Aku dan Mbak Aniek lalu memutuskan untuk nebeng di pickup itu. Tadi rencananya kami mau nekat duduk di bak belakang, serius hehe...ternyata baknya ditutup terpal, entah apa isinya. So kami berlima (Aku, Mbak Aniek, Mbak Vero,suami dan anaknya) nyumplek-plek di mobil itu. Yang ada aku di pangku sama Mbak Aniek, trus Mbak Vero mangku anaknya. Fyi, Mbak Vero dan suaminya adalah pasangan extra big, hampir mirip dengan Dewi Hughes dan suaminya, ditambah lagi anaknya, Vigo (3 tahun) yang body nya dua kali lebih besar dibanding anak seusianya. like son like parents. Tanpa aku dan mbak Aniek, sebenarnya mereka bertiga sudah kesempitan di mobil itu, trus di tambah kami berdua.....hehe kebayang ga seh...

Here comes the best part

Nikmat #1 Minum Air zam-zam

Setiba di rumah Pak Is, kami disuguhkan air yang katanya dapat memberi berkah itu. Tak lupa aku menyisipkan beberapa doa sebelum meminumya dan berharap agar dikabulkan.

Nikmat #2 Dapat oleh-oleh Jam tangan cantik


Selain kurma, kismis, kacang dan coklat arab, kami semua dapat oleh-oleh spesial berupa jam tangan. And you know what? the one for me is the most beautiful. Hehe, cocok sama orangnya..Pak Is pinter banget yah milihnya. Makasih ya Pak Is...Luv ya!

Nikmat #3 Makan Kapurung

The Menu: Kapurung, Lawa, Pacco, Ikan Patin rebus, Ikan tembang bakar, dll...yummy

Sepulang dari rumah Pak Is, kami mampir di rumah salah seorang kerabat Mas Robert (Suami Mbak Vero), ada acara makan kapurung bareng, dan aku adalah tamu dadakan yang beruntung. Kapurung adalah makanan khas asal Luwu, Sulbar. Dulu satu-satunya penjual kapurung di Balikpapan ada di daerah sepinggan. Tapi sekarang dah ga ada lagi. Entah pindah atau gulung tikar. Bahan utama pembuat kapurung (sagu) juga agak sulit ditemukan di pasar. So karena sulitnya mendapatkan kapurung, maka makan kapurung di Balikpapan adalah sama seperti makan kue onde-onde di kutub utara....hehehe.....


Selamat Tahun Baru 1429 Hijriyah!
Semoga setelah segala kesengsaraan di tahun lalu (kalo ada), kita dapat menuai nikmatnya di tahun ini!... Amin

Read More..

Monday, November 19, 2007

Tentang Tante

Hallllooooo Duniaaaaa......Namaku M.Akbar Eka Anugerah, 30 Desember nanti, umurku 3 tahun. Aku tuh ponakannya tante yani, yang punya blog ini. Tante yani tuh adeknya ayah. Ayah cuma dua bersodara. Kasian ayah, adeknya cuma satu, gokil pula...sabar yah, tegarkan lah dirimu dalam menghadapi cobaan ini, aku akan selalu berada disisimu....halah...

Aku sekarang lagi maen ke rumah nenek. Tapi tante lagi gak ada di rumah. Tante akhir-akhir ini sibuk.Tadi kata nenek, tante lagi ngajar, biasanya pulang jam 11 ato 12 siang, trus makan, sholat, tiduran bentar, abis itu berangkat lagi, pulangnya jam 9 malem. Emangnya tante ngajar apa seh? Ngajar nyanyi yah? Aku kan sering tuh diajarin tante nyanyi lagu-lagunya Green Day. Kata tante mendingan nyanyi lagu itu, bisa sekalian belajar english, dari pada nyanyi lagu-lagu band indonesia yang kebanyakan isinya ga mendidik.

Eh, jangan bilang sama nenek yah, kalo aku sekarang lagi di kamarnya tante. Nenek tuh suka banget ngelarang aku. Banyak banget larangannya, kadang-kadang malah suka aneh.
‘Akbar, jangan maenin komputernya tante, ntar kesetrum!’
Lah, buktinya tante masih idup sampe sekarang, apa gokilnya tante gara-gara kesetrum komputer yah?
‘Akbar, buah di kulkas jangan diabisin semua, sisain buat tante!’
Tante kan dah gede, kalo buah di kulkas dah abis, tante bisa beli sendiri. Lagian masa ga tau seh kalo rakusnya aku tuh turunan dari tante.
‘Akbar, jangan maen aer di kamar mandi, ntar kamu basah, trus masuk angin!’
Kali ini nenek benar.

Kata tante, nenek emang suka gitu, suka ngelarang dan overprotective. Tante dulu waktu kecil juga suka sebel sama nenek. Dilarang maen sepeda lah, ga boleh maen lama-lama di pantai lah (dulu rumah nenek dekat pantai) ga boleh manjat pohon lah. Padahal tente tuh punya bakat terpendam loh, dia tuh jago manjat. Pernah tuh karena ingin menyalurkan bakatnya, dia sempet pengen nekat ikutan lomba panjat pinang di erte tetangga, katanya hadiahnya lumayan, bisa dapet handuk, tante yang aneh...

Beberapa hari yang lalu, tante tuh sempat sedih gara-gara nenek. Nenek nyuruh tante masukin lamaran di perusahaan asing dekat rumah nenek. Katanya mumpung ada lowongan, dari pada tante ngajar kesana-kemari naek motor, pulang malem segala, mendingan kerja di dekat rumah, aman dan terkendali. Tapi tante kekeuh ga mau kerja kantoran, nenek sempat marah tuh. Nenek ga salah, tapi dasar tante aja yang terlalu idealis, katanya hidupnya ga berwarna kalo tiap hari, dari senin sampe sabtu, ketemunya sama orang yang itu-itu aja, lagian tante masih pengen lanjut S2. Ya ampun tante...sadarlah...

Tapi walo gimanapun gokilnya tante, tante tetep asik tuh, ga suka ngelarang ini itu, aku malah suka ditemenin tante maen game di komputer, aku paling suka sama game bola warna-warni, paling asik kalo pas bolanya meledak, apa lagi kalo bolanya meledak semua...aku langsung teriak horeeeee. Aku juga suka ditemenin tante main ke pantai, main pasir sama main siput.

Eh tapi jangan coba-coba lompat diatas kursi balonnya tante, dia paling ga suka.


Dia pasti bilang

‘Akbar kalo mau duduk, ya duduk aja, jangan lompat-lompat gitu, ntar kursinya pecah’
sebel deh, tuh kursi bola kan memang didesain untuk anak-anak, ga akan semudah itu pecah. Beda kalo tante yang lompat di situ. Lagian dah gede masa dikamarnya ada kursi bola gitu, mendingan juga di kasih aku.

Kursi itu memang favoritnya tante. Kalo hari minggu, tante suka nonton dvd seharian di kamarnya, duduk di kursi itu sambil makan french fries trus minum soda...wuih...jadi lupa sama ponakannya yang keren ini.

Eh kenal Orlando Bloom ga? Katanya tante ngefans banget tuh sama dia. Emang si Orlando tuh preman pasar mana seh? Aku kok baru denger namanya yah? Biasalah tante, kalo ngefans sama orang tuh, ga jauh-jauh dari preman pasar, hansip setempat ato sama tukang ojek gang depan.

Ps. Oya tante, aku pengen apel neeehh…beliin yah…bukan...bukan apel washington, tapi Apple Macintosh, yang putih yah tante...!


Yani’s rock nephew


Akbar Bloom Mandy
Read More..

Wednesday, August 29, 2007

Dikira murid baru (lagi)

Hari itu, tanggal 27 agustus 2007, adalah hari yang indah, matahari bersinar terang, bunga-bunga bermekaran, burung-burung berkicau, halah...
Adalah hari dimana performance dan kredibilitasku sebagai seorang guru telah dipertaruhkan (hehehe bahasanya...) Here the story goes..

Hari itu seharusnya aku slesai ngajar jam 6.30 pm, trus pulang ke rumah (ya ia lah, masa pulang ke kantor polisi...hehehe) tapi karena harus menggantikan Mr.D (my boss) yang harus menghadiri acara di hotel Bintang, so aku mesti stay sampe jam 8.30 pm untuk mengajar di kelasnya. No problem sih, lagian muridnya anak SMU, 10 orang, mulai belajar sekitar 1 minggu yang lalu, I like fresh class..
Seperti biasa, setiap masuk kelas, hal pertama yang aku lakukan adalah tersenyum, yup, menyebarkan senyuman maut yang kata hansip setempat bisa membunuh nyamuk aedes aegepty se kota, hehehehe...(ga nyambung ah..)
Senyum dan menyapa “Hi class!” lalu menarik teacher’s chair yang biasanya bersandar di diding bawah white board, membawanya agak ke tengah ruangan, lalu duduk manis. Saat itu aku baru saja akan berkata “Good evening” ketika aku mendengar salah satu murid berkata setengah berbisik kepada temannya “Hah? Kirain tadi murid baru”
*gubrak*
Huhuhuhu, is it me or i dont have the ‘teacher look’? masih untung insiden kursi tahun lalu tak terulang. Mo tau critanya? Ga jauh beda sama cerita di atas, cuma kali ini muridnya lebih extreme. Aku baru aja duduk di depan kelas, ketika SalahSeorangMuridYangNgiraAkuMuridBaru (SSMYNAMB) *ngambil gayanya radith* menegurku dengan nada keras.

SSMYNAMB: Hei, thats Mr.D’s chair, you’re not suppose to sit there.
Me: (dengan tampang tak berdosa, lalu pindah duduk ke samping si SSMYNAMB yang kebetulan lagi kosong, speechless)
SSMYNAMB: You are a new student here aren’t you?
Me: Im afraid not, 30 minutes ago Mr.D asked me to substitute him cos he has something to do, so..here i am...
SSMYNAMB: WHAT? OH GOSH...IM SORRY...I....
Me: Its ok, its comfortable sitting next to you anyway...
SSMYNAMB: No miss, i thought you were a new student, it’s because you are so cute...
------------
Ehemmm...Aku yang tadinya sebel setengah idup jadi mesem-mesem sendiri, tu si SSMYNAMB jago ngeles juga...hehehe...
Ga heran juga sih, waktu itu aku emang ga ada tampang guru sama sekali (perasaan sampe sekarang masih gitu deh...hehehe) i mean, sekilas aku emang ga ada bedanya dengan murid2 yang lain, sporty look, pake jeans, baju kaos pembagian kantor, sneakers, Shoulder Bag Export, plus tampang dan body ‘hemat umur,’ lengkaplah sudah *sigh*....
Read More..

Friday, August 10, 2007

Si (Mantan) Badung itu...

Yuni: Gag nyangka ya kamu bisa jadi guru

Me : Ga nyangka kenapa?

Yuni : Gag nyangka ajah, kamu dulu badung gitu...

Itulah sepenggal chat ku di YM! 2 hari lalu bersama sahabatku, Yunita (ntar aku ceritakan tentang sahabatku yang satu ini di lain posting). Trakhir ketemu waktu dia nikah 3 tahun lalu. Sempat lose contact hingga akhirnya bertemu di dunia maya, padahal kami masih berada di satu kota yang sama, Balikpapan.

Kata-kata ‘badung’ nya sempat membuat ku terhenyak, terkenang dan akhirnya termenung sejenak. Ia ya? emang aku dulu badung ya? Hayalanku kemudian terbang ke beberapa tahun silam, ke masa-masa itu, masa-masa SMU yang penuh kenangan, Walaupun saat itu tak ada semut merah yang berbaris di dinding menatapku curiga seakan penuh tanya ‘edang apa di sini? halah...

Entah parameter apa yang bisa digunakan untuk bisa mengukur apakah seseorang bisa di sebut badung ato ga, dan seberapa tinggi tingkat kebadungannya, tapi kalo murid yang sering di hukum setrap depan kelas ato depan lapangan upacara dibilang murid yang badung, well thats me...

Masalahnya sepele banget, aku males ikut upacara dan SKJ, so kalo pas malesnya kumat, aku senang ngajakin (baca: menghasut) temen-temen badung ku untuk tinggal dikelas aja, ga usah kelapangan, paling ngga kalo pas kepergok, terus di giring ke lapangan untuk di setrap kan malunya bisa di bagi rata..hehehe...dasar lu yan!

Trus pernah juga aku di setrap berdiri di depan kelas, ga tanggung-tanggung, 3 jam, varises deh tuh betis...hehehe...masalahnya gara-gara aku memprovokasi temanku untuk menggagalkan ujian harian, berhasil emang, ujiannya ga jadi, tapi guruku cukup cerdik untuk mengetahui situasi yang sebenarnya, usut punya usut, jadi ketahuan deh aku provokatornya. Nasib...

Bicara soal guru, aku juga inget salah satu pengalaman lucuku waktu masih jadi freshman di SMU dulu. Critanya tuh gini, aku lagi di perpus, pas lagi asik baca-baca buku, kebetulan di meja seberang ada seorang pria dengan kacamata hitam menegurku, didepannya tertumpuk buku-buku baru yang masih terikat dengan tali rafia. Ni orang pasti salesman buku, fikirku.

Salesman: De’ kamu murid baru kan?

Me: Ia, kenapa?

Salesman: Kok kecil banget ya? Kaya masih SMP?

Me: Emangnya kenapa? Lagian kan emang baru 1 bulan lalu aku lulus SMP (Suaraku agak ketus, lagian ni orang sapa sih? dah ga kenal, nanya ga penting gitu lagi)

Salesman: Wih gitu aja dah emosi (sambil senyum-senyum)

Me: Emosi nggak, sebel iya (segera kutinggalkan salesman itu, aku dulu jutek banget ya...hehe, sekarang gak kok, beneran asli, sumpah...hehe)

Beberapa menit kemudian, sewaktu jam pelajaran akuntansi, (semenjak hari pertama belajar akuntansi, gurunya belum pernah dateng, namanya Pak Asmarianto, katanya sih beliau sakit), eh tiba-tiba tuh salesman (masih dengan kacamata hitamnya) masuk ke ruang kelasku.

Mau apa dia disini? Ooo pasti mo promosi buku ya? Fikirku. Tapi tau ga sodara-sodara, ternyata dia tuh...

Salesman: Selamat siang anak-anak, saya Asmarianto, selama 1 semester kedepan, saya yang akan mengajar kalian pelajaran Dasar-dasar Akuntansi.

Me: *shock, takut, malu, smua campur jadi satu* (mampus lu yan!)

Salesman, ups, Pak Asmarianto: Hai, kamu di kelas sini ya? (melihat kearahku, kebetulan aku duduk di barisan ke-dua dari depan, tepat didepan podium guru)

Me: (aku ga tau gimana tampangku saat itu, kalo bisa mungkin kututup mukaku pake sarung, kaya maling ayam yang kepergok..hehe..Aku cuma bisa menunduk lesu ga berani ngeliat ke depan, just wondering, kira-kira bapak ini bakalan ngomong apa ya? Pasti marah besar deh)

Pak Asmarianto: Tau ga anak-anak, tadi dia nih (sambil nunjuk aku) sombong banget waktu di perpustakaan, ditanyain dikit aja dah langsung pergi, takut diculik ya nak? Maaf ya kalo bapak ada tampang penculik, bapak lagi sakit mata nih...

(anak sekelas pada rame ngakak)

Me: Permisi pak, saya mo minta ijin keluar sebentar, mo bunuh diri (hehehe, ngomongnya dalam hati aja kok)

Suka senyum sendiri kalo inget kejadian itu...Maafkan muridmu yang badung ini Pak...

Read More..

Thursday, May 10, 2007

Makan kue pengantin


Tu bukan fotoku, lagian ga mirip kan? Cantikan dia dikit, banyakan aku, hehehehe (narsis abiss). Yang cowo tuh sepupuku, Alam (bukan Alam mbah dukun lo ya) Senin lalu dia nikah di rumahnya di daerah samping bendungan Bili-bili. Karena kebetulan aku lagi di Mks, aku sempet-sempetin kesana bareng sepupuku yang kuliah di UMI, Lisna (19).

Sekitar jam 12 pm, dia jemput aku dikampus UNM Gunsar, trus kita bareng ke sana. Jauh euy... sempet ketiduran di angkot, muka rasanya dah dilipat 7. Waktu masuk rumah, sodara-sodaraku pada surprise gitu, macem-macem deh yang dibilangin. 'Indra, kapan ko datang dari balikpapan?' 'Indra, kenapa ko tidak bilang kalo mo ko ke sini?' 'Kenapa tidak mampir ko kerumah dulu?' 'Menginap ki di sini na?. bla-bla. Trus mereka pada kumpul dekat aku gitu, nanyain kabar ortu, dll, serasa selebritis. Hehehe.

Setelah ber say Hi ria, aku langsung ngambil piring dan makan sepuas-puasnya bareng Lisna. Pas lagi enak-enaknya makan, datang lah sepupuku, Uli (25).

Uli : Kapan ki datang?

Aku : Sabtu lalu.

Uli : Kita mau mi ki makan kue pengantin di?

Aku : *lagi ngunyah* Ia

Uli : Alhamdulillah, kapan?

Aku : *bengong 3 detik* (trus dengan polosnya, aku bilang) Ntar abis makan nasi. Kan kuenya buat cuci mulut?

Uli : *Senyum* Tidak, maksudku, kita mau mi ki sebar undangan to?

Aku : *ngeh mode on* (Mo bilang 'ngga' tapi karena mulutku lagi penuh, ya aku cuma bisa geleng-geleng, aku baru ngeh, dodol banget ya? Abis kirain yang dimaksud 'kue pengantin' tuh ya, kue yang di depanku, hehehe, ternyata bukan itu, hehehe..maklum, karena terlalu laper, pas dapat makanan enak, jadi ga konsen sama yang lain.)

Uli : Serius? ada kabar kudengar di kampung, mo mi ki sebar undangan.

Aku : *nelan nasi, trus minum* Oo, undangan itu........bener kok, undangan ultah.

Lisna : *ketawa*

Uli : *bengong*

Aku : *makan lagi*

Read More..